Kamis, 15 Oktober 2020

Chapter 4: banjir tahun baru

Masih kuingat saat malam tahun baru, esok satu Januari. Aku pulang tengah malam lepas jualan kebab. Di tengah jalan, macet di mana-mana karena banjir, ditambah lagi ujan belum mau berhenti. Akibat air yang menggenang hampir menenggelamkan motor yang kukendarai, dengan sangat terpaksa aku turun dan mendorong motor itu. Kenapa terpaksa? Karena aku takut—sama jijik banget sebenernya, kakiku yang terendam air banjir selutut itu ketempelan makhluk hidup lain. Aku geli sama hewan melata. 

Syukurnya, di rumahku tidak kebanjiran. Jadi, aku masih bisa lanjutkan menulis artikel hingga kebanjiran juga. Eits, tapi, bukan kebanjiran air, tapi, duit. Iya, karena di chapter sebelumnya aku udah jelasin kalau artikel IDN Times aku terbit tanggal 11 Januari, setelah menulisnya tanggal 10. Awal yang bagus, karena akhirnya total artikelku yang terbit pada bulan Januari ada enam, meningkat dari bulan-bulan sebelumnya yang hanya tiga dan dua artikel berturut-turut. 

Banjir terjadi lagi, hingga akhir bulan Februari, aku berhasil menerbitkan artikel di IDN Times sebanyak 13 artikel. Dan, bulan Februari inilah pertama kalinya aku mencairkan duit hasil dari menulis. Tepatnya, pada 04 Februari aku memutuskan untuk mencairkan 10 poin artikelku dulu selama tiga bulan kemarin yang setara dengan 2500 poin, atau jika dirupiahkan sebesar Rp250 ribu. Sedangkan artikel selama Februari itu, aku belum cairkan, sengaja dikumpulin hingga setara 1 juta, biar sekalian. 


Di atas adalah bukti pencairan dana ke rekeningku pada 04 Februari. Mungkin kalian bingung, katanya aku pertama kali cairin uang Februari, kenapa ada riwayat pencairan pas Desember? Nah, sedikit flashback, pada bulan November, aku ditawari oleh pihak IDN Times—setelah masuk grup community writer via WA, untuk datang ke acara yang diadakan IDN Times x Samsung di Jakarta. Aku mau ikut karena pertama lumayan pengalaman, kedua karena ada fee-nya. Di sana aku dapet yang transportasi 100 ribu dan, kalau aku submit artikel tentang topik di acara itu—enggak harus terbit, per artikelnya akan dapet poin 500. Karena maksimal submit 5 artikel per orang, aku kirim aja 5 artikel, terserah mau terbit atau enggak, yang penting aku nulis dan submit, kan lumayan tetep dapet poin. Jadi, 5 artikel dikali 500 poin, hasilnya 2500 poin. Terus, kalau kamu inget, artikel pertama di IDN itu otomatis dapet poin 500, jadi total poin pada Desember lalu itu 3000 poin atau setara dengan Rp300 ribu. Alhasil, aku cairin aja deh bulan Desember itu. Kenapa aku enggak sebut pencairan Desember itu pengahasilan pertama? Karena itu enggak full uang dari artikelku yang terbit di IDN gitu. Ehehe. 

Ah, iya. Kalau kalian masih bingung terkait kenapa artikel yang terbit bulan November dan Desember nggak ikut dicairin. Karena, untuk mendapatkan poin dari artikel itu, harus terkumpul sampe 10 artikel kategori bebas dulu atau sesuai jumlah artikel yang diadakan oleh event bonus poin tiap bulannya dari IDN. Sistemnya tuh gini, misal bulan November, IDN ngadain event bonus poin 10 artikel kategori bebas dapat uang Rp250 ribu. Atau event bonus poin satu kategori—Life misalnya, 4 artikel dapat 1000 poin atau setara dengan Rp100 ribu. Itu kita harus mengikutkan artikel kita di-evet bonus poin itu. Tenang aja, setiap bulannya sistem bonus poin IDN akan hadir dengan berbagai varian. Kalian bisa kepoin Instagramnya aja untuk info lebih lanjut, ya! Jadi, kalau dihitung-hitung, per artikel dihargai oleh IDN sebesar Rp25 ribu. Lumayan, kan? 

Alasan itulah aku baru bisa ngajuin bonus poin saat artikelku terbit 10—karena aku juga nulisnya kategori bebas, yaitu tepat pada awal Februari aku tukarkan poin lalu cairkan ke rekening, deh. Nah, sampe sini dulu ya soal penghasilan aku dari nulis artikel di IDN Times. Bagi kalian yang mau tahu lebih lanjut tentang cara menulis di IDN, gimana cara tukar poin, hingga cairin dana ke rekening bisa kepoin akun channel YouTube aku di sini. 

Btw, numpang cerita kilat, kenapa aku mau punya YouTube? Karena Headline blogku Alya The Explorer, artinya aku emang suka mengeksplor diri, pengen bisa skill yang sebelumnya belum pernah dicoba. Aku mulai punya kanal 24 November 2017, awalnya aku isi cover gitar lagu-lagu Taylor Swift, terus akhirnya aku hapus, dan vakum hingga April 2019. Bulan itu, aku mulai ingin teratur upload, setidaknya tugas kuliah bisa di-upload di sana. Hingga sekarang, isi kanal aku materi pelajaran, review novel, tutorial menulis, dan sesekali cover gitar dan tutorial piano. Selamat nonton! 

Berikut juga aku sematkan link-link grup IDN Times sesuai kota-kotanya. Selamat gabung! Dan, nantikan cerita pengalaman aku "kebanjiran" lagi di next chapter! 

Karena ada beberapa yang nanya kapan aku buka grup menulis di IDN Times untuk pemula, seperti salah satunya ini: 


Karena IDN Times juga sudah mengadakan grup untuk para community writer, jadi, aku putuskan untuk tidak membukanya kelas seperti itu. Di bawah ini link grupnya bagi teman-teman yang mau gabung! 

Untuk update IDN Times Community Online Class selanjutnya dan event" IDN Media lainnya kalian bisa join di salah satu WAG berikut yaa:


Kamis, 08 Oktober 2020

Chapter 3: tulisan bercuan

Malam ini hujan yang akhirnya membawa jariku berduaan dengan ponsel. Kemarin malam tidak hujan, tapi, aku teringat dengan kata-kata salah seorang narasumber di kanal YouTube, kalau menulis itu bukan profesi. Ibarat penceramah, penulis juga bukan profesi. Aku setuju. Udah banyak juga, kok contohnya, penulis besar yang ternyata punya kerjaan lain, bukan mentok menulis. 

Menulis itu hobi. Aku setuju, walaupun sebenarnya di dalam diriku, hobi menulis itu nomor dua. Aku tipe orang yang kalau melakukan sesuatu itu nggak cuma karena senang, tapi, juga ber-uang. Ehe. Karena aku belum punya kerjaan lain, ya boleh dong kalau aku jadikan kesenangan menuliskan jadi kesenangan mencari nafkah. Lumayan buat uang saku, biar nggak minta orangtua dan, punya uang pegangan sendiri buat kebutuhan unpredictable. 

Tapi, buat kalian, nggak perlu jadi follower aku. Kalian bebas menjalankan prinsip masing-masing. Mau nulis secara ikhlas, tanpa dapat uang. Itu sah-sah aja. Aku malah salut. Karena seperti pada awal aku bilang, kalau nulis bukan profesi, yang artinya bukan untuk dijadikan ladang uang satu-satunya. 

Nah, kalau kalian udah baca artikel aku chapter 2, pasti kalian udah tahu kalau aku sempat vakum menulis sejak Juni 2019. Di bulan itu hingga akhir bulan Oktober, aku fokus kuliah sama paling ikut 7kelas menulis online gratis via WA. Di sana aku belajar menulis sesuai PUEBI, KBBI, puisi, dan cerpen. Tepat tanggal 31 Oktober 2019, entah dapet angin dari mana aku cari-cari, eh, apa tiba-tiba muncul artikel yang inti judulnya begini: media online/platform ini bakal bayar tulisan kamu! 

Dari situ aku klik, aku baca, aku coba kunjungi laman platformnya buat daftar akun, dll. Pertama kali, aku coba platform BaBe, sumpah, cobaannya banyak banget. Daftar akunnya dapat masalah di e-mail sama nomor telepon. Tampilannya selalu bilang, e-mail sudah digunakan, nomor sudah terdaftar. Aku coba pakai nomor dan e-mail lain. Sama aja, nggak ada beda. 



Frustasi, aku cari platform lain. Ketemu UC Browser, lumayan kata artikel yang aku baca, mereka bayarnya dollaran. Tapi, banyak banget bahkan bisa dibilang ribet daftarnya, pokoknya banyak form online yang harus diisi nggak cukup semalam. Berhari-hari hingga awal November selalu dapat e-mail begini: 

Masih pada hari yang sama, tanggal 31 Oktober 2019, aku coba cari platform lain, aku nemu Vebma, daftar akun lumayan gampang, cuma fee-nya kurang—dari artikel yang kubaca. Eh, tapi bukan karena itu aja, tapi aku bingung cara nulis di sana gimana, maklum pemula. Aku cari alternatif lain, ke JalanTikus, aku nggak mahir bahas tentang teknologi, coret. 

Terus ke KasKus, ini platform juga bayar artikel yang kita tulis. Cuma aku iseng cari-cari platform lain, ketemu sama Hipwee dan Kompasiana. Kedua web itu nggak bayar tulisan, cuma aku tetep bikin akun aja dulu. Terkahir, aku lagi iseng baca artikel di IDN Times, lupa bahas tentang apa. Terus di akhir artikel itu ada tulisan: 

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Wah, pucuk dicinta ulam tiba. Saya langsung daftar akun, dan klik tombol pensil di pojok kanan, untuk nyoba-nyoba gitu. Ternyata, kayaknya gampang, nih nulis di sini. Maksudnya, gampang nulisnya ya, bukan gampang nerbitin artikelnya. Karena di website itu ada tutorialnya, terus aku baca-baca artikel punya orang lain juga menarik. Aku coba nulis, pada malam penghujung Oktober yang nuansanya lagi Halloween. 

Muncullah ide nulis tentang Halloween, aku cari indo di Wikipedia, apa aja yang identik dengan Halloween. Aku tulis kembali di IDN, aku submit. Ternyata, jreng-jreng. Hingga Halloween usai, masuk ke satu November, itu artikel belum juga terbit, kedaluwarsa. Aku baca aja review-review orang nulis di IDN gimana, ternyata memang masa pending-nya harus sabar. Aku simpulin artikel pertama aku di IDN rejected secara enggak langsung karena masuk di kolom pending mulu—dan, saat ini aku tahu alasannya kenapa, di chapter ke depan nanti bakal aku bahas. 

Gagal di artikel pertama, aku punya ide lagi mau bahas apa di IDN. Tapi, artikel kedua ini nggak beda jauh nasibnya kayak artikel pertama, gegara judulnya nggak menarik banget dan nggak sesuai ketentuan atau standar IDN, kok, tahu? Iya, tahunya baru sekarang-sekarang ini, pas saat itu mah mana tahu. Pas saat itu, aku merasa, ini kenapa, sih artikel aku nggak ada tanggapan. Udah nyampe ke editor belum, sih? Dongkol sendiri. Mau nanya juga ke siapa? Nggak punya kenalan yang nulis di IDN. Aku frustasi, dan, nggak nulis-nulis lagi. 

Tapi, tetep aja iseng ngecek dan berharap ada yang terbit gitu artikelnya. Kasihan amat pas lihat akun, tetep pending artikelku. Oke, saat itu aku mutusin nulis di Hipwee aja, biarin nggak dibayar juga. Aku nulis sepenuh hati tentang Taylor Swift—karena waktu itu dia baru aja rilis album Lover. Dan, untaian liriknya selalu terngiang di kepala, jadi, aku tulis aja artikel ketiga yang judulnya: 5 Lagu Taylor Swift Ini Cocok Buat Kamu yang Mau Bangkit dari Patah Hati!

Jangka waktu submit hingga terbit artikel aku yang itu cuma sehari. Itu pun aku baru tahu kalau artikelnya terbit pada hari kedua terbit, 05 November 2019. Telat sehari-lah aku baru tahu kalau artikel aku lumayan juga ya sampe bisa dilirik secepat itu. Padahal, aku awalnya nggak terlalu berharap, cuma frustasi nulis terus kirim ke media lain sebagai pelampiasan. Detik itu juga aku mikir, artikel aku yang ini aja langsung terbit di Hipwee, coba aku mau ngetes kalau artikel ini dikirim ulang ke IDN, direspons nggak ya? Biarin coba-coba aja, kan biasanya juga nggak direspons. 

Nekat aku kirim artikel Hipwee itu ke IDN, aku lupa tepatnya tanggal berapa, antara tanggal 06 atau 07 November. Dan, ternyata nggak nunggu sampe hari esok, aku dapet notif kalau artikelku perlu direvisi. Panik dong aku—maklum pemula belum tahu harus apa, di poin revisi itu aku disuruh embed video Taylor Swift-nya dari YouTube. Aku buka YouTube, cari tahu cara embed video, langsung aku kerjain poin revisi itu, terus aku submit lagi. Eh, kirain bakal langsung artikelku ada di kolom Publish, ternyata, masuk ke pending lagi. Khawatir, aku cari info di blog yang pernah nulis di IDN, katanya itu blog, kalau artikel udah direvisi, kemungkinan akan terbit itu besar. Tenang aja. 

Tiga hari kemudian, baru deh dapet notif kalau artikel aku akan terbit tanggal 13 November 2019. Asik! Aku bakal selalu inget editor IDN yang pertama kali lirik artikelku 5 Lagu Taylor Swift Ini Cocok Buatmu Bangkit dari Patah Hati! Namanya Erwanto. Aku berterima kasih banget pokoknya, gegara aku langsung dapet otomatis poin 500—setara 50 ribu rupiah, dan, 150 poin tambahan, entah itu dari mana. Di awal itu, total poin aku 650. FYI, di IDN kalau artikel pertama terbit otomatis dapet 500 poin, selanjutnya, artikel harus melalui Penukaran jadi poin dulu biar bisa dicairkan ke rekening. 

Enam hari setelah itu, lagi trending banget pada mau nonton Frozen II. Nah, karena aku juga suka, aku ikutin beritanya, hingga muncul ide buat ngupas OST-nya. Karena aku lebih mahir nerjemahin lirik, jadi, aku dengan sepenuh hati juga aku buat artikel keempat aku. Bergadang aku buat artikel yang judulnya Inilah 5 OST Film Frozen II yang Mampu Menginspirasi Hidupmu!

Esok siang harinya, tanggal 19 November 2019, tepat film rilis— dan, aku juga sorenya nonton di bioskop, aku lihat artikelku itu terbit, ditambah sudah dibaca 1000 orang. Aku jejeritan, sekaligus seneng karena dia hal. Pertama, artikelku ini yang paling cepat terbit. Kedua, pembacanya langsung banyak, padahal artikelku yang pertama, tembus setengah ribu aja enggak. 

Sejak itu aku bergairah buat nulis artikel lain. Dan, nggak semudah artikelku sebelumnya, cuma satu artikelku—[Puisi] Si Anak Batu yang berhasil terbit sebelum puluhan artikelku pending lagi. Hingga 10 Desember ada notifikasi terbit dari dua artikelku—tentunya melalui masa revisi gambar dulu, yang membahas tentang quotes Merry Riana dan tips psikologi persahabatan awet. Setelah 10 Desember? Nihil. Artikel aku nggak ada yang terbit lagi. Aku mulai down dan berhenti nulis. Pertama belum ada ide, kedua, kecewa meratapi artikel pending. 

Hingga lembaran baru 2020 dibuka, malam ini hujan semakin deras dengan petir menyertai setelah reda beberapa menit lalu. Januari 2020, aku mulai dapet ide tulisan tentang Selena Gomez, 10 Januari dia rilis album terbaru, Rare. Kuberanikan untuk share tulisan ke teman kelas kuliah—secara banyak yang bucin dan menurutku artikel kali ini relate sama mereka. Tapi, ini salah satu jawaban lawak mereka:


11 Januari 2020 itu artikelku terbit, itulah babak awalku hingga detik ini menetap nulis di IDN dan menghasilkan cuan dari-Nya. Next chapter! 

Kamis, 01 Oktober 2020

Chapter 2: kenapa harus menulis?

Taylor Swift
Pertama kali aku menulis sendiri itu dari pas TK. Tapi, kalau pertama kali menulis yang menjadi sebuah karya—sepenuh hati, itu baru mulai 2019. Sebenarnya dari SD di pondok, aku pernah, sih nulis cerita sampai sebuku gitu, sejenis buku KKPK—karena pas SD bacaannya buku Kecil-Kecil Punya Karya, ya mungkin karena dulu aku masih anak kecil, jadi asal ngikutin nulis-nulis aja gitu. Ingat ya itu bukan bakat, itu cuma karena aku habis baca, terus mau nulis. That's it. Pernah juga pas SD, ada temanku yang bikin komik bergambar di buku tulis, aku juga ikutan. So, itu pengalaman nulis aku pas SD.

SMP? Aku enggak pernah lagi nulis-nulis karya begitu, boro-boro. Entahlah masa SMP-ku hanya habis oleh kebucinan pada Oppa & Eonni. Bahkan berlanjut hingga tingkat satu SMA. Pas kelas dua SMA, enggak tahu keberuntungan atau emang takdir, aku pindah kelas karena sudah penjurusan. Aku masuk kelas IPS dan sebangku sama orang yang sukanya nge-Wattpad. Dia selalu ngoceh tentang CEO-CEO kece di Wattpad, dan aku selalu iya-iya aja biar cepet. Capek ngeladenin imajinasi dia, masalahnya itu cuma khayalan, ngehalu mulu itu bocah satu. 

Udah ketebak dong apa yang terjadi selanjutnya? Iya, aku berasa dicekokin obat sama ortu pas lagi sakit. Mau enggak maunya aku telen itu obat. Buku Wattpad pertama kali yang dia sodorin ke aku itu The Perfect Husband karya Indah Riyana. Momennya lagi UTS dan kata dia aku suruh cepet baca buku itu gegara itu buku bukan punya dia. Okey, berbekal rasa tidak mau mengecewakan, aku baca itu buku cuma satu malam, bergadang, enggak tidur dan paginya berangkat sekolah, UTS, wassalam. 

Btw, karena itu buku novel pertama kali yang aku baca selama aku hidup, jadi, aku akan selalu inget kesan, tempat, hingga waktunya. Dari novel itu juga aku baru sadar kalau adegan kissing itu bisa ada atau diutangin dalam tulisan. 

Semenjak itu, aku selalu pinjem novel-novel punya temen aku. Aku baca cepet, langsung balikin, biar dia enggak kapok minjemin aku buku. Aku mulai punya Wattpad, aku baca cerita-cerita di sana juga. Hingga temen aku ini juga yang ngenalin aku sama novel Tere Liye—sampe sekarang aku fans berat bukunya, dan, novel Tere Liye yang pertama kali aku baca dan langsung bikin jatuh hati, judulnya Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. 

Dari situ, aku mulai kecanduan sama tulisan-tulisannya, pinjam sini sana, hampir semua bukunya udah aku baca, kecuali buku serial anak. Sempat juga mencoba nulis di Wattpad judulnya Skyla, tapi, cuma selesai prolognya doang. Hingga lulus SMA aku cuma jadi penikmat bacaan tanpa nulis lagi. Nah, di sela antara kelulusan sama masuk kuliah itu kan libur panjang, aku mulai coba-coba nulis. Dan, itu cuma berhasil jadi tujuh puluhan lembar kalau enggak salah, sampe sekarang masing gantung itu cerita. Entahlah ingin dilanjut atau enggak, kayaknya selera ngelanjutinnya udah hilang, sih. 

Waktu kuliah udah mulai semester satu itu aku enggak terlalu fokus nulis lagi. Itu tepatnya akhir tahun 2018, aku coba-coba isi blog, cuma nerjemahin ceramah Dr. Zakir Naik sama esai pengalaman hijrah yang kalah saat dilombakan. Daripada itu tulisan ngendap, jadi, ya posting aja di blogspot. Ah, iya, mengenai blogspot, aku udah tahu profesi blogging dari SMP, ada temen yang ngisi-ngisi blog, dan aku enggak tertarik tapi pernah belajar. 

Berlanjut kuliah semeter dua awal 2019 aku ketemu temen baru di salah satu organisasi yang aku ikutin. Kita berteman di WhatsApp juga. Suatu ketika aku lihat SW dia isinya e-sertifikat juara cerpen di komunitas sastra gitu. Dalam hatiku, keren nih, aku mau kayak begitu, lumayan. Temenku inilah yang membuat aku terjun ke komunitas sastra via WhatsApp hingga detik ini. Aku lupa tepatnya gabung bulan apa, antara Januari dan Februari. Pernah ada tugas bikin Cerita Mini (CerMin), tapi, aku enggak menang. Jadi aku posting aja di blog ini

Hingga tiba suatu waktu ada tugas membuat anekdot. Dan, aku juara satu, ehehe. Begini, nih anekdot buatanku: 

Anekdot

Semakin percaya dirilah aku buat ikut lomba yang kebeneran di-share di grup sama admin komsasnya. Berbekal skill menulis yang masih cetek, aku nekat kirim karya puisi pertamaku ke lomba yang diadakan oleh GMBI. Iya, itu pertama kalinya aku bikin puisi dan langsung nekat kirim buat lomba. Pernah SMA kelas satu dulu ada pelajaran bahasa Indonesia aku disuruh baca puisi Chairil Anwar, dan itu memalukan banget, karena aku enggak bisa berpuisi apalagi ngebacain. Singkat cerita, hasil lombanya begini: 


Kalau dulu, sih bangga banget bisa sebuku sama Alm. Eyang Sapardi Djoko Damono. Tapi, sekarang aku sadar, kalau aku bisa sebuku puisi sama beliau gegara uang. Iya, lomba itu pendaftarannya memang enggak dipungut biaya, tapi, minimal aku harus beli satu buku karya tersebut. Belakangan ini aku jadi mikir, yah inimah sebuku bukan karena puisiku bagus apalagi sespesial martabak pakai 4 telor. Mereka hanya mengutamakan yang membeli buku itu makanya diberikan "selamat Anda berhasil sebuku dengan Sapardi Djoko Damono". Begitulah kira-kira. Dahulu aku rajin ikut lomba berbayar dengan iming-iming karya dibukukan. Semakin lama, aku paham dan lebih milih lomba pure gratis tanpa syarat kalau menang harus beli bukunya. Karena dengan ikut lomba kayak gitu, bisa lebih mengukur potensi yang aku punya. Bukan soal enggak mau beli buku, hanya ingin mengukur. 

Walaupun aku udah ngikut lomba online begitu, tetep aja enggak ada satu pun yang menang. Mungkin itu salah satu faktor setelahnya yang bikin aku vakum menulis dari Juni 2019—if I'm not wrong. Alasan lain mungkin juga karena sok sibuk sama semester tiga di kuliah. Ehe. 

Taylor Swift

Intinya, kenapa aku harus nulis? Pertama, aku takut melupakan hal bersejarah dalam hidup ini. Kedua, karena enggak ada yang sudi berjam-jam buat dengerin kisah hidup aku yang belum tentu penting bagi mereka. Ketiga, karena skripsi butuh ditulis. Keempat, nulis bisa dapet uang, lumayan bisa freelance. Kelima, menyusul. 


Rabu, 30 September 2020

Chapter 1: let writing begin in the new page

AlyatheExplorer


Hi, it's Alya! 

Karena ini udah malem dan saya males basa-basi, jadi saya mau to the point aja. Jadi gini, daripada capek mem-posting hal-hal yang menurut saya berkesan dan layak dibagikan di Story WhatsApp atau medsos lain, mending blog ini yang dijadikan wadah. Mana tahu bisa bermanfaat, memotivasi atau menambah pengalaman. Eitss, btw, jangan ketipu sama foto di atas itu ya. Percaya deh, itu bukan saya. Salam kenal semuanya, selamat datang di Alya the Explorer! Let writing begin!!! 


Love, 

Alya. 







Minggu, 09 Agustus 2020

Review IDN App, Aplikasi Baca Tulis Berita Terlengkap buat Millenials!

https://www.idntimes.com/tech/trend/tita/lomba-blog-review-idn-app-buat-1-tulisan-raih-hadiah-jutaan-rupiah

Membaca dan menulis adalah salah dua hal yang sangat penting dijadikan hobi kaum milenial. Bahkan, semakin pesatnya era digital di dunia—termasuk di Indonesia, kedua hal itu semakin mudah untuk dilakukan. Hanya dengan memiliki Aplikasi Berita Terlengkap, yaitu, IDN App, kamu akan sangat dimanjakan dalam membaca atau mengakses berbagai informasi terkini. 

Dan, tidak hanya sebagai aplikasi baca berita, kamu juga bisa menuliskan ide-ide kreatif yang bermanfaat dalam bentuk artikel, yang mana, artikel tersebut berpeluang untuk dibaca oleh banyak orang, sekaligus menghasilkan uang jutaan rupiah, lho. Yuk, simak review lengkapnya tentang IDN App berikut! 

1. Mudahnya proses mendaftar

Setelah kamu men-download IDN App melalui Play Store atau App Store, selanjutnya kamu harus mendaftar akun agar bisa menikmati berbagai fitur menguntungkan di dalamnya. Dan, kamu tidak perlu khawatir akan kesulitan dalam mendaftar akun atau susah-susah membuat akun baru. Kamu bisa langsung masuk dengan akun Facebook maupun akun Google-mu, kok. 

2. Dilengkapi fitur tanya jawab

Nah, fitur yang satu ini dijamin cocok banget sama kaum milenial yang pada dasarnya selalu ingin tahu banyak hal. Yap, fitur tanya jawab yang bisa kamu akses dengan menekan tombol + (plus) pada menu bar, nantinya akan langsung muncul ikon tanya jawab yang bisa langsung kamu klik. Kamu bisa menggunakan fitur ini untuk menanyakan perihal apa pun yang bersarang di benakmu. Nantinya, kamu bisa membaca berbagai perspektif dari jawaban orang lain atas pertanyaan kamu tersebut. 

Tidak hanya itu, kamu juga bisa menjawab pertanyaan dari para pengguna IDN App lainnya dengan cara klik fitur tanya jawab pada homepage, lalu, klik temukan lebih banyak. Di sana, kamu bisa meng-upvote atau men-downvote jawaban dan pertanyaan tersebut, juga bisa mencari pertanyaan terbaru, paling banyak dijawab, dibagikan dan di-upvote oleh orang lain. Seru, bukan? 

3. Tampilan beranda (homepage) yang lengkap

Jika, kamu sudah mendaftar akun, selanjutnya kamu akan disuguhkan tampilan utama atau beranda yang sangat elegan. Tidak tanggung-tanggung, IDN App menyajikan artikel-artikel terpopuler, terbaru, terunik hingga artikel pilihan yang bisa kamu baca dan nikmati. Kamu tinggal memilih dengan cara men-scrolling layar ke bawah untuk mencari artikel sesuai passion-mu dengan cepat tanpa lama. 

4. Terdapat fitur history

Pernah tidak, sih kamu merasa lupa mem-bookmark karena terburu-buru saat membaca suatu artikel, lalu, teringat untuk membacanya lagi, atau membagikannya pada orang lain, tapi, kamu sudah beranjak ke artikel selanjutnya? Nah, untuk kembali ke artikel yang kamu baca sebelumnya itu, kamu bisa menggunakan fitur history, yang mana, kamu bisa membuka atau membaca ulang artikel yang telah kamu baca tadi. Caranya tinggal klik profile pada menu bar, lalu, klik fitur terakhir dibaca. 

5. Dilengkapi berbagai fitur untuk penulis pemula

Selanjutnya, bagi kamu yang memiliki ide kreatif untuk dituliskan, IDN App sudah menyediakannya, nih. Kamu bisa menulis artikel dengan topik apa pun yang kamu sukai. Caranya dengan klik ikon + (plus) pada menu bar, lalu, klik tulis artikel. Jangan khawatir, jika kamu masih bingung tentang caranya menulis artikel di IDN App, kamu bisa klik profile pada menu bar, lalu, klik panduan menulis. Di sana kamu akan dikenalkan fitur-fitur menulis, syarat dan ketentuan menulis artikel, hingga tips agar artikelmu lekas terbit. Semua penjelasan tersebut bisa kamu nikmati dalam bentuk artikel, podcast maupun video, lho. 

6. Fitur bookmark tanpa batas

Selanjutnya, kamu yang sibuk atau belum punya waktu untuk membaca artikel, kamu bisa menggunakan fitur bookmark ini. Artikel yang menurutmu penting, dan ingin kamu baca lagi nanti, bisa kamu klik simbol bookmark yang ada pada artikelnya hingga berubah menjadi warna merah. Dan, hebatnya lagi, fitur bookmark ini bisa menyimpan artikelmu sebanyak-banyaknya alias tidak akan ada batasan artikel untuk disimpan. Jika, kamu sedang mencari suatu artikel, kamu bisa klik keyword artikel yang kamu inginkan pada search ikon bagian atas homepage, nanti, akan muncul deretan artikel yang relevan dengan keyword yang sedang kamu ketikkan. 

7. Tidak ada iklan yang menggangu

Jika kamu salah satu orang yang jengkel banget sama yang namanya banner iklan ketika membaca artikel, di IDN App pasti kamu tidak lagi merasakannya. Kamu bisa menikmati atau membaca artikel mana pun tanpa iklan yang menganggu, semua bersih sebagaimana yang kamu idamkan. 

8. Topik bermacam-macam

Kelebihan yang tidak bisa lagi dimungkiri dari IDN App ini adalah topik artikelnya yang lengkap dan beragam. Dari mulai news, bisnis ekonomi, otomotif, sport, travel, teknologi, life, hype, health, food, science, men, quiz, fiction hingga opini, lho! Kamu juga bisa mengatur topik artikel dengan klik explore pada menu bar. Kamu bisa memilih berbagai topik yang kamu inginkan agar muncul di berandamu, mudah bukan? 

9. Fitur event dan redeem poin bagi penulis

Setiap bulannya, IDN App ini juga memberikan berbagai promo menarik bagi para penulis artikel di IDN App. Event atau promo ini bisa kamu lihat di beranda bagian atas, kamu bisa klik tulisan lihat semua promo untuk mengetahui lebih lanjut terkait promo itu. Contohnya seperti, kamu akan mendapatkan bonus 1000 poin dengan menulis 4 artikel yang mana 1000 poin itu setara dengan Rp100.000. 

Sayangnya, untuk saat ini, untuk mengklaim artikel tersebut masih belum tersedia melalui IDN App, kamu harus mengaksesnya melalui website. Tapi, untuk menukar atau redeem poin, kamu masih bisa dengan mudah mengaksesnya di IDN App, kok. Kamu tinggal klik profile pada menu bar, lalu, klik fitur redeem, yang mana nantinya, poin itu akan dikonversikan menjadi uang ke rekeningmu. 

Kamu juga bisa menikmati berbagai fitur sebagai penulis artikel di IDN App dengan klik profile pada menu bar, di sana terdapat fitur draft, published, pending dan rejected. Dan, FYI, IDN App sudah memiliki sistem baru untuk setiap artikel yang dikirimkan oleh penulis, yaitu, jika artikelmu sudah masuk di kolom pending selama lebih dari 30 hari, maka, akan otomatis tertolak atau masuk ke kolom rejected. Tapi, jangan sedih, kamu masih bisa mengirimkan berbagai artikel kreatif yang menarik dan lebih fresh lagi, kok! 

10. Pemberitahuan artikel dan loading time yang cepat

Selanjutnya, kamu bisa mengikuti penulis artikel favoritmu guna mendapatkan notifikasi artikel terbaru yang diterbitkannya, lho. Tidak hanya itu, kamu juga akan mendapatkan notifikasi berita-berita terbaru, terkini, dan terhangat yang tengah terjadi setiap hari. Jadi, kamu tidak akan ketinggalan berita, deh. Dan, jangan khawatir akan proses loading time yang lama pada IDN App, karena, IDN App telah memperbaiki bug yang menggangu dan kamu bisa berselancar atau mengeksplor berita sepuasnya, di mana saja dan kapan saja tanpa loading lama. 

11. Ukuran aplikasi tidak berat, hemat kuota dan dilengkapi fitur dark mode

Siapa yang suka mengincar ukuran aplikasi yang relatif kecil tapi multifungsi? Jika kamu adalah orangnya, IDN App adalah pilihan yang tepat. Pertama, kamu bisa membaca dan menulis artikel dengan kuota yang hemat dan pastinya tidak juga memberatkan ponselmu karena ukuran aplikasi yang kecil. Kedua, kamu bisa mengatur dark mode ketika membaca artikel atau berita di IDN App, menarik, bukan? 

12. Fitur sharing yang mudah dan cepat

Ketika kamu sedang membaca artikel yang menurutmu penting untuk diketahui banyak orang, kamu bisa gunakan fitur sharing. Di IDN App, caranya mudah dan cepat banget, kamu tinggal klik ikon bagikan. Kamu bisa membagikan artikel tersebut melalui ke semua media sosialmu, seperti, Instagram, Facebook, Twitter, Line, bahkan men-copy link artikel tersebut, lho. 

Itulah review singkat terkait IDN App berdasarkan pengalaman penulis ketika menggunkannya. Aplikasi ini sangat cocok untuk terus mengasah minat baca dan tulis bagi Millennials dan Gen Z. Tampilannya yang sederhana, elegan, dan dilengkapi berbagai fitur menarik yang mudah dipahami bagi pengguna pemula. 

Kamu bisa mengunduh IDN App secara gratis di Play Store dan App Store sekarang juga, dan nikmati berbagai keuntungan fitur di atas, ya! 

Popular Post